Pak Dhe Nanang terlihat sibuk dengan wajan tua nya. Hujan malam ini membuat warung nasi goreng nya tidak seramai hari – hari biasanya. Ya sebenarnya memang hanya ada aku dan Nadya. Tapi aku tak perduli. Yang terpenting saat ini adalah aku dapat melihat wajah Nadya lagi. Wajah yang selalu mendamaikan duniaku, dengan senyumannya, juga canda tawanya. Meskipun gerimis terasa menyiratkan dinginnya suasana, sedingin tangan Nadya yang sejak tadi kugenggam erat.
Entah kenapa, ia terlihat sedikit pucat malam ini. Ah.. mungkin perasaanku saja. Nyatanya aku yang mungkin akan pucat pasi tanpa kehadirannya. Aku menyantap nasi goreng ku dan Nadya hanya menatapku sambil tersenyum
“Kamu ngga kedinginan, Nad?”
“Emm ngga’, kenapa? kamu mau sok – sokan ngasi jaket ke aku pasti ya? ich lebay deh”
“Lho. diperhatiin salah, ntar ga diperhatiin salah juga”
“cieee ngambek. ngga dingin kok, beneran. Kan ada kamu, habisin gih makannya “
***
Hujan turun lagi. Kedinginan mulai menggerogoti sekujur tubuhku. Aku tak tahu akan kemana lagi kupacu motorku. Yang pasti, selama kau ada bersamaku aku akan melakukan segalanya.
“Mau kemana lagi sih kita, Ran?”
“Terserah kamu aja. Aku mau menghabiskan malam ini sama kamu”
“Kamu tuh ya gombalnya minta ampun deh, belajar dimana? Ya udah, Ke Taman Kota aja yuk, gimana?”
“Baiklah nona, meluncur”
***
Waktu memang tak akan terasa bila dihabiskan dengan orang sangat berarti. Aku sangat menikmati sisa malam ini berdua dengannya seolah malam – malam yang selama ini telah aku habiskan dengannya sangatlah biasa jika dibandingkan dengan malam ini. Aku tak kuasa menahan air mata saat mengingat malam ini akan segera berakhir. Nadya yang sejak tadi bersandar dipangkuanku akhirnya menyadari tangisku. Dengan lembut ia mengusap air mataku dengan jarinya yang dingin.
“Ran, maaf ya udah banyak ngerepotinmu selama ini”
Aku tak kuasa menjawab. Air mataku terasa mengalir semakin deras. Pilu ini tak tertahankan. Nadya kemudian bangkit dan memelukku erat.
“Sekarang aku Β benar – benar yakin, kamu memang yang Β terbaik yang pernah ku miliki, kamu untuk aku, aku untuk kamu”
Malam semakin larut meneggelamkan aku dalam pilu, sedih, resah entah apa lagi sangat tak tergambarkan oleh ku bahwa aku tak akan melihat mu lagi.
“I love you Nad” suara ku terisak berurai air mata.
“Aku juga mencintai mu Ran, sangat mencintai mu lebih dari apa pun ” Nadya mendaratkan kecupan di bibir ku.
Perlahan bayang Nadya semakin samar lalu menghilang seiring suara ayam berkokok.
Errr…jadi si Nad ini semacam… *abaikan*
Cerita yg sangat menarik Run_D π
yah begitulah kita abaikan saja si Nad ini makasih mba orin π
wahhhh cuma mimpi…
btwm aku sukaaa banget keliling kota malam2 gitu.. keren gan
hehe makasih, emang keren kalo keliling kota malam2 saya sangat menikmatinya π
ini fiksi apa berdasar pengalaman pribadi ?
Huaaa pasti kesini akirnya hehe menurut kk gmn? hehe
lho aku tanya kamu , kok kamu malah balik tanya π
hmm kan pembaca yang menilai kak gimana menrut pembaca aja hehehe
masa saya pacar saya ending nya gitu heheh π
lho sbg pembaca khan bisa nebak nebak ya, bisa benar bisa jg salah khan ?
tapi kl tanya langsung sama yg nulis kali bisa tahu langsung jawabannya π
hahahaha rahasia dong π pengen liat ekspresi pembaca aja dulu π
Hati2 adik. mbak El ini jeli
*kabur
wahahaha jadi mengarah kesana,, sudahlah bang π
kok bisa bilang bgt mas, buktinya apa ? hihihi π
oke, jd aku nebak nebak aja ya π
hehehe dibebaskan aja kk
semangat adik ke 4 ^^
baiklah kaka ke 2 mohon bimbingannya